Senin, 08 Juni 2009

Helikopter TNI AD Jatuh, 3 Tewas dan 2 Luka Berat

Sebuah helikopter latih Bolkow NBO 105CB milik TNI Angkatan Darat dilaporkan jatuh di daerah Pagelaran, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (8/9/) sekitar pukul 15.30. Helikopter yang jatuh di Kampung Pasir Bukit Cihanjawar, Desa Situhiang, Kecamatan Pagelaran, ini mengakibatkan tiga korban tewas dan dua luka berat.

Korban tewas Co Pilot Lettu Yuli Sasongko dibawa ke kamar jenazah RSUD Cianjur, Senin malam. Dua penumpang yang tewas adalah Kolonel Ricky Samuel dan Kapten Agung. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigjen TNI Christian Zebua membenarkan terjadinya kecelakaan itu. “Informasi sementara pesawat jatuh di Cianjur. Tiga penumpang dan dua kru ada di dalamnya. Informasi lebih rinci belum saya dapatkan,” katanya.

NBO-105CB diproduksi oleh IPTN atas lisensi Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), Jerman. Selain digunakan untuk mendukung operasi tempur, heli ini juga kerap digunakan untuk evakuasi medis di medan perang.

Helikopter Bolkow-105 atau NBO-105 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) merupakan pesawat heli yang cocok untuk medan tempur. Selain suaranya tidak bising, heli yang mampu mengangkut lima orang penumpang itu juga bisa dipasangi senapan mesin dan juga misil.

Tak heran dengan ketangguhannya, helikopter buatan PTDI itu menjadi heli serbu TNI yang biasa digunakan untuk berbagai operasi tempur atau penyelamatan di wilayah seperti Papua. Sayangnya, produksinya sudah dihentikan dari PTDI.

“PT Dirgantara Indonesia tidak lagi memproduksi NBO-105, lisensi dengan MBB sudah habis,” kata Kepala Humas PT Dirgantara Indonesia, Rokhendi. PT Dirgantara Indonesia sejak mendapat lisensi dari Messershcmitt Bolkow Blohm (MBB) pada 1976 hingga 2009 ini telah memproduksi sebanyak 122 unit helikopter jenis itu.

Namun PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dipastikan tidak lagi memproduksi helikopter jenis NBO-105 karena lisensi dari Messershcmitt Bolkow Blohm (MBB) yang diperoleh PTDI telah habis. Sesuai lisensi setelah produksi ke-122, PTDI tak lagi membuat Helikopter NBO-105. Produk ke-122 dari Helikopter NBO-105 ini selesai dikerjakan PTDI dan telah diserahkan ke TNI AD pada 19 Maret 2009 lalu.

TNI-AD merupakan pembeli pertama (1976) dan pembeli terakhir (2009) helikopter jenis itu. Selain dioperasikan oleh militer, heli itu juga banyak dipergunakan untuk pesawat sipil di dalam maupun di luar negeri.

Perjanjian lisensi dapat dilanjutkan bila memang pasar menghendaki PTDI memproduksi lagi Helikopter NBO-105. “Kalau pasarnya cukup besar, PTDI dapat kembali dipercaya membuat Helikopter NBO-105,” katanya.

Dihentikannya produksi komponen gear box merupakan kendala utama pembuatan Helikopter NBO-105. Pabrikan gear box hanya bersedia memproduksi jika pesanan lebih dari 20 buah.
Rokhendi menyebutkan, TNI sebagai pengguna heli NBO-105 terbanyak. Hal itu merupakan komitmen TNI untuk menggunakan alutsista buatan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan logistiknya.

PTDI sendiri masih memproduksi helikopter jenis lain, seperti jenis Super Puma dan NB Bell yang di antaranya merupakan pesanan dari TNI. Saat ini, PT Dirgantara Indonesia tengah merakit empat pesawat tipe CN 235 untuk patroli maritim Korea Selatan dan tiga pesawat untuk TNI Angkatan Laut sampai 2011 mendatang. AHA/MSH/RTS

Spesifikasi NBO-105 CB
* Awak: 1 atau 2 pilot
* Kapasitas: 4 penumpang
* Panjang: 11.86 m
* Diameter Rotor: 9.84 m
* Tinggi: 3.00 m
* Luas Baling-Baling: 76.05 m²
* Berat kosong: 1.276 kg
* Berat take off maksimum: 2.500 kg
* Mesin: 2× Allison 250-C20B turboshaft, masing-masing 313 kW (420 shp)

Kemampuan
* Kecepatan maksimum: 242 km/h (131 knots, 150 mph)
* Kecepatan jelajah: 204 km/h (110 knots, 127 mph)
* Jangkauan: 575 km (310 NM, 357 mi)
* Ketinggian terbang: 5.180 m (17,000 ft)
* Kecepatan menanjak: 8 m/s (1,575 ft/min